Selasa, 17 November 2015

Kesulitan Menjalani Kehidupan



Perkotaan dan pedesaan adalah lingkungan dimana banyak masyarakat yang bertempat tinggal. Masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang bertempat tinggal di sebuah baik berupa kota kecil maupun kota besar. Kota kecil dan kota besar memiliki kesulitan tersendiri bagi masyarakat yang berada di tempat itu dalam menjalani kehidupan.
Tantangan yang tersulit dapat dirasakan di kota-kota besar seperti Kota Jakarta dan sekitarnya. Tantangan yang utama yang mungkin sampai detik ini terasa sulit bagi sebagian masyarakat adalah kesulitan dalam mencari nafkah. Di perkotaan banyak sekali jenis pekerjaan yang dapat dilakukan baik pekerjaan yang positif maupun negatif, sehingga muncul suatu pandangan yang berpendapat bahwa di perkotaan masyarakat dapat mampu mengadu nasib untuk kehidupan kedepannya. Tetapi pandangan tersebut tidak selaras dengan fakta yang terjadi, sekian banyaknya pekerjaan yang dapat dilakukan, tidak mengartikan bahwa seluruh masyarakat di perkotaan dapat memiliki kehidupan yang damai dan sejahtera, karena semakin berkembangnya zaman tentu semakin banyak pesaing-pesaing dalam upaya mencari nafkah. Pesaing yang dimaksud disini yaitu masyarakat yang memiliki jenis pekerjaan yang sama.
Di perkotaan tentu memiliki suatu sistem pemerintahan yang bertugas untuk mengatur seluruh aktivitas di kota tersebut demi menyejahterakan masyarakat yang ada. Namun dari perubahan pemerintahan yang terjadi, masalah yang dihadapi tidak jauh berbeda yaitu tetap banyaknya masyarakat perkotaan yang sulit mencari pekerjaan demi menyambung kehidupan. Masyarakat yang hidup di perkotaan tidak hanya berasal dari kalangan masyarakat yang memang asli dari kota tersebut, melainkan banyak dipenuhi oleh masyarakat yang berasal dari daerah lain dimana mereka memiliki perbedaan suku, ras dan agama. Mereka merantau ke perkotaan untuk mencari pekerjaan demi kehidupan yang lebih layak.
Tidak dapat disalahkan dengan banyaknya masyarakat yang merantau ke kota besar untuk mengadu nasib, namun tidak semudah yang dibayangkan. Salah satu hal yang mampu mendukung para perantau datang ke kota untuk mencari pekerjaan adalah harus memiliki kemampuan dan keahlian tertentu. Skill yang dimiliki ini tentu harus memiliki nilai lebih dari skill orang lain, atau dapat dikatakan memiliki skill yang unik. Jika masyarakat perantau tidak memiliki kemampuan khusus dan hanya mengandalkan mental dan tenaga, dapat dipastikan bahwa orang tersebut tidak dapat bersaing di kota besar demi menjadikan hidup lebih layak. Selain keahlian dan kemampuan, tentu faktor lain yang mendukung berlangsungnya kehidupan di kota besar yaitu relasi dengan orang lain.  Relasi yang dijalin terutama relasi dengan masyarakat yang sudah berhasil diperkotaan dalam menjalani kehidupannya, agar bagi para pendatang baru di perkotaan dapat memetik ilmu yang berguna dari masyarakat yang berhasil.
Kehidupan di perkotaan memiliki aspek positif dan negatif. Aspek positif yang dapat dipetik dari kehidupan diperkotaan yaitu menambah banyak pengalaman dan pelajaran hidup dimana seluruh masyarakat dapat menyadari bahwa kehidupan yang sejahtera dapat diraih bila ada niat dan usaha serta perilaku yang baik. Sedangkan aspek negatif yang didapat di perkotaan yaitu, banyaknya tindak kriminal yang terjadi. Tindak kriminal tersebut terjadi karena bagi sebagian masyarakat yang memiliki hidup berkekurangan tentu akan memilih jalan pintas dalam memenuhi kebutuhan hidup. Jalan pintas yang dimaksud disini adalah dengan menghalalkan  segala cara demi mendapatkan nafkah walaupun cara tersebut berlawanan dengan etika manusia, peraturan hukum dan bertentangan dengan ajaran agama. Kedua aspek ini dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat  dari kalangan masyarakat atas, menengah dan bawah.
Masyarakat yang merantau ke daerah perkotaan adalah masyarakat yang berasal dari daerah pedesaan. Masyarakat pedesaaan adalah masyarakat yang hidup dan tinggal di daerah pedesaan dimana letaknya jauh dari perkotaan. Namun masyarakat yang tinggal didesa bukan berarti hanya masyarakat asli desa tersebut, melainkan ada juga masyarakat dari kota yang pindah ke desa untuk melanjutkan hidup. Kehidupan di perkotaan dan pedesaan memiliki perbedaan yang sangat jelas terlihat.
Perbedaan kehidupan bagi masyarakat perkotaan dan pedesaan salah satunya berada dalam hal sosialisasi. Masyarakat pedesaan saat ini masih banyak yang menggunakan prinsip gotong royong dalam bekerja dan membangun desa mereka. Sedangkan di perkotaan, masyarakatnya lebih mementingkan diri sendiri namun masih dapat ditemui masyarakat perkotaan yang menunjukkan kepedulian kepada sekitar seperti yang terjadi di desa. Perbedaan lain yang dapat dilihat adalah lingkungan tempat mereka tinggal, di pedesaan lingkungan yang ditemui masih terdiri dari sarana dan prasarana yang sederhana dimana masih menggunakan teknologi tradisional, sedangkan di perkotaan sarana dan prasarana yang ada sudah sangat modern karena didukung teknologi modern dan canggih. Hal yang membedakan lainnya adalah jenis pekerjaan yang dapat dilakukan, di pedesaan umumnya masyarakat masih mayoritas bertani karena lingkungan yang mendukung, tetapi di perkotaan jenis pekerjaan yang dapat dilakukan sangat banyak sekali jenisnya seperti kerja di kantor maupun ditempat lain dan jarang menemukan masyarakat diperkotaan yang melakukan kegiatan bertani.
Perbedaan tersebut tentu menimbulkan kesulitan tersendiri bagi tiap masyarakat. Namun seiring berkembangnya zaman terutama dalam bidang teknologi di era globalisasi ini, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan saat ini mampu saling berinteraksi dan bertoleransi demi mewujudkan suatu negara yang sejahtera walaupun tantangan kehidupan yang dihadapi berbeda-beda dan semakin sulit kedepannya.

Gentle atau gengsi ?



Perkembangan zaman merupakan salah satu faktor terkuat yang mampu merubah sistem sosial dalam hidup bermasyarakat, sehingga proses sosialisasi dalam masyarakat memiliki perbedaan yang dapat terlihat maupun yang tidak terlihat. Salah satu anggota dari masyarakat adalah golongan para pemuda.
Pemuda adalah anggota masyarakat yang menurut usia tergolong dalam usia remaja hingga usia menjelang dewasa. Pemuda juga dapat dikategorikan bagi anggota masyarakat yang masih tergolong dalam usia produktif. Kata pemuda memiliki arti untuk menggambarkan seseorang yang muda, kuat dan tangguh, karena secara fisik dan mental pemuda dianggap lebih mampu untuk bersaing dalam meraih suatu hal yang terbaik terutama persaingan di negara sendiri.
Pemuda tidak hanya ditujukan untuk kaum laki-laki melainkan juga bagi kaum perempuan, namum perbedaan sangat terasa jelas antara keduanya. Laki-laki dianggap lebih kuat dibandingkan oleh wanita, karena itu laki-laki memiliki beban yang lebih berat dari perempuan dalam memegang status sebagai pemuda. Identitas pemuda dalam masyarakat tentu akan semakin berat tanggung jawabnya seiring berkembangnya zaman karena bangsa dan negara lebih membutuhkan tenaga-tenaga muda yang mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik.
Untuk menciptakan seorang pemuda yang  memiliki kualitas yang baik, tentu perlu adanya unsur-unsur yang membantu yaitu salah satunya pendidikan. Pendidikan merupakan salah kunci menuju kesuksesan dalam kehidupan, karena itu sebagai seorang pemuda wajib berusaha untuk menempuh bangku pendidikan sampai pendidikan tertinggi. Pendidikan yang tinggi akan menghasilkan seseorang yang memiliki kemampuan dan keahlian diatas rata-rata. Namun tidak hanya dalam dunia pendidikan, tetapi pemuda yang berpendidikan harus mampu mewujudkan kemampuannya dalam bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud sosialisasi tersebut dapat berupa membangkitkan semangat para pemuda lainnya untuk berjuang lebih baik kedepannya dengan menunjukkan sikap dan perilaku sesuai identitas mereka sebagai pemuda dan sebagai manusia yang berpendidikan.
Tidak jarang diantara pemuda sendiri pun sering terjadi konflik atau masalah sosial, salah satunya tawuran antar remaja. Konflik ini sering terjadi di antara pemuda yang masih duduk dibangku sekolah, seperti para siswa SMP dan SMA dan para mahasiswa dari perguruan tinggi. Penyebab terjadinya masalah sosial ini sangat beragam jenisnya, dapat disebabkan karena masalah antar sekolah maupun masalah antar siswa dari sekolah yang berbeda. Pemuda yang pada umumnya masih memiliki emosi yang belum seimbang tentu akan langsung tertarik untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Namun yang menjadi fokus utama yaitu cara mereka dalam menyelesaikan masalah yang ada, yaitu dengan cara kasar dan keras serta dengan menggunakan senjata tajam yang biasa disebut tawuran.
Tawuran dapat terjadi kapanpun dan dimanapun, dan akibat yang ditimbulkan tidak ada menghasilkan hal yang positif melainkan hal yang negatif seperti kematian, kecacatan dan kerusakan sarana dan prasarana disekitar lokasi kejadian. Akibat yang negatif tersebut tidak hanya dialami oleh pelaku tawuran itu sendiri, melainkan dapat dialami juga oleh masyarakat sekitar lokasi kejadian  seperti anak-anak, remaja dan orang dewasa. Akibat lain yang muncul yaitu rusaknya dan hancurnya sarana publik yang seharusnya dijaga dan dirawat dengan baik untuk kepentingan publik.
Secara hukum dan secara manusiawi tentu cara yang dilakukan oleh para pelaku tawuran tentu salah karena melanggar etika sebagai manusia. Mental yang masih lemah membuat para pemuda yang terlibat tidak mampu menahan emosi sehingga mereka lebih memilih berkelahi dibandingkan dengan penyelesaian secara musyawarah. Di samping karena mental yang masih lemah, tentu ada faktor lain yang mendukung terjadinya tawuran yaitu faktor ingin menunjukkan diri sebagai yang terhebat dan terkuat dan juga didukung oleh faktor gengsi dalam menjaga nama baik sekolah. Mental pelaku dalam menjaga nama baik sekolah memang patut dibanggakan, tetapi bukan dengan cara tawuran. Menjaga nama baik sekolah dapat dilakukan dengan menjadi siswa teladan, cerdas dan berprestasi dalam hal akademik maupun non-akademik.
Solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah sosial atau konflik sosial diantara pemuda maupun masyarakat, yaitu merubah mental pemuda menjadi mental seorang pahlawan atau bagi pemuda lelaki merubah mental menjadi seorang laki-laki gentle man. Gentle merupakan suatu kata yang banyak artinya, salah satu arti dari kata tersebut adalah mereka yang mampu menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah dengan akal sehat dan pikiran yang tenang. Karena itu, jika pemuda mampu memiliki mental gentle bukan mental gengsi, maka tidak akan adanya kekerasan atau kericuhan dalam menyelesaikan sebuah masalah seperti tidak ada lagi tawuran antar pelajar atau antar mahasiswa yang merupakan suatu tindak kriminal.
Cara yang paling mudah dilakukan untuk merubah menjadi seorang mental pahlawan adalah dengan menyadari diri sebagai pemuda dan menyadari diri sebagai seorang yang berpendidikan. Dengan kesadaran dari dalam diri pemuda, bukan tidak mungkin bangsa dan negara akan menjadi lebih baik kedepannya terutama dalam hal sosial dan pendidikan. Faktor lain yang dapat merubah mental pemuda menjadi mental yang kuat, berani, tangguh dan bijaksana adalah dengan dorongan masyarakat yang selalu mengingatkan para pemuda dalam bersikap dan bertingkah laku agar tidak melakukan hal yang melanggar etika manusia, melainkan memiliki attitude yang baik dan patut dicontoh oleh orang lain.